يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُون
ِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Hendaknya kalian memperingatkan, bahwasanya tidak ada Ilâh (sembahan) yang berhak diibadahi kecuali Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku.”.” [An-Nahl: 2]
ِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Hendaknya kalian memperingatkan, bahwasanya tidak ada Ilâh (sembahan) yang berhak diibadahi kecuali Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku.”.” [An-Nahl: 2]
Ayat di atas berada dalam Surah An-Nahl yang dikenal juga dengan nama surah An-Ni’am (penyebutan nikmak-nikmat Allah). siapa yang ingin merenungi dan mensyukuri nikmat-nikmat Allah, cermatilah surah yang agung ini. Nikmat yang paling pertama disebut dalam Surah An-Nahl adalah ayat di atas yang menjelaskan nikmat diutusnya para rasul dengan membawa tauhid. Namun, banyak manusia tidak mengetahui bahwa mentauhidkan Allah dalam ibadah adalah nikmat Allah yang paling besar untuk seorang hamba.
Sungguh dalam memurnikan ibadah kepada Allah terdapat kebebasan bagi hamba dari perbudakan kepada dirinya sendiri dan kepada syaithan. Dengan tauhid, seorang hamba terbebas dari ketergantungan dan mengharap kepada makhluk, terhindar dari rasa takut dan beramal karena manusia. Seorang yang bertauhid hanya bergantung kepada Allah, takut dan mengharap hanya kepada-Nya. Inilah hakikat kebahagian yang abadi dan kemuliaan yang sejati.
Sebagian dari Ulama Salaf bertutur. “Siapa yang menghendaki kebahagian hakiki, hendaknya dia menetapi tiang peribadahan.”
Kebahagian hidup dengan tauhid ini adalah suatu nikmat Allah yang banyak dilalaikan oleh manusia. Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengingatkan,
“Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tiadalah kami (para Nabi) patut mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (kepada-Nya).” [Yûsuf: 38]
Kebahagian hidup dengan tauhid ini adalah suatu nikmat Allah yang banyak dilalaikan oleh manusia. Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengingatkan,
“Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku, yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tiadalah kami (para Nabi) patut mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (kepada-Nya).” [Yûsuf: 38]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar